Sabtu, 28 Februari 2009

IV. Implikasi dalam masyarakat

IV. Implikasi dalam masyarakat
Cerpen yang ditulis oleh Putu Wijaya yang berjudul "Moksa" mempunyai kisah yang sering terjadi didalam lingkungan masyarakat kita. Seorang anak menjadi pecandu narkoba karena kurangnya pengawasan dari orang tuanya yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Tokoh dalam cerpen ini terkesan nyata dan tidak dibuat-buat karena sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Banyak hal yang dapat kita teladani dalam cerpen ini, contohnya sikap dokter Subianto yang selalu menanamkan sikap percaya pada Moksa bahwa Moksa dapat keluar dari narkoba. Sikap dari tokok Moksa yang ingin memperbaiki hidup dan dirinya. Serta istri dokter Subianto yang sangat menyayangi keluarganya. Oleh karena itu cerita ini cocok untuk semua kalangan.

g. Amanat

g. Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Amanat yang terdapat pada cerpen "Moksa" ini adalah orang tua mempunya peran penting dalam mengawasi putra-putrinya sehubungan dengan pergaulan bebas dan peredaran narkoba di jaman yang serba bebas ini. Selain itu, kita harus menumbuhkan sikap saling percaya diantara anggota keluarga. Karena kepercayaan itu baru bekerja, kalau kita terlebih dahulu percaya. Setelah mendapatkan sebuah kepercayaan, kita wajib untuk menjaga kepercayaan itu. Amanat terakhir yang ada dalam cerpen ini adalah selalu memaafkan kesalahan dan memberi kesempatan orang lain untuk memperbaiki kesalahan yang diperbuat.

Gaya bahasa / majas

f. Gaya bahasa / majas
Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang tumbuh atau hidup dalam hati penulis dan yang sengaja atau tidak menimbulkan perasaan yang tertentu dalam hati.
Majas yang terdapat dalam cerpen "Moksa" antara lain :
1. Majas hiperbola
Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang dipakai untuk melukiskan keadaan secara berlebihan.
Contoh :
Padahal kemaren merengek-rengek minta uang bulanannya ditambahin 100 ribu, sebab ada kawannya yang ulang tahun.
Tapi dia berusaha dengan cucur-keringatnya sendiri.
Melayang seratus ribu rupiah dalam sekejap.
2. Majas metafora
Majas metafora adalah gaya bahasa yang memperbandingkan suatu benda dengan benda lain secara langsung.
Contoh :
Anda sudah boleh melakukan apa saja dan makan apa saja sekarang, asal jangan berlebihan seperti pejabat-pejabat yang KKN itu.
Mobilnya meluncur seperti kesetanan.
3. Majas repetisio
Majas repetisio adalah gaya bahasa yang cara menggunakannya dengan mengulang kata-kata tertentu beberapa kali.
Contoh :
Kenapa kamu gembira sekali, padahal kamu harusnya marah besar sebab tidak jadi ke Planet Hollywood, sebab tidak ada yang mengantar.
Aku harus, harus, harus, harus bicara pada Moksa secara blak-blakan, serius, dan keras.
4. Majas metonomia
Majas metonomia adalah gaya bahasa yang dipakai dengan menggantikan benda yang dimaksud dengan sepatah kata, atau sebuah nama yang berasosiasi dengan benda yang dimaksud.
Contoh :
Di atas tangan itu Subianto melihat bungkusan plastik dengan bubuk jahanam.
Bubuk jahanam adalah narkoba.

e. Sudut pandang

e. Sudut pandang
sudut pandang adalah posisi pengarang terhadap kisah yang diceritakan. Sudut pandang dalam cerpen berjudul "Moksa" ini adalah pengarang memposisikan dirinya sebagai orang ketiga yang serba tau.

Jumat, 27 Februari 2009

d. Latar/Setting

d. Latar/Setting
Latar atau setting adalah tempat waktu ataupun suasana terjadinya peristiwa yang dialami dalam cerpen tersebut. Setting dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Tempat
Kamar praktik dokter Subianto
Ruang tamu kos Depok
Mobil
Kamar study dokter Subianto
Bus
2. Waktu
Hari Sabtu
Sabtu malam pukul 12.00 malam
Minggu dini hari waktu subuh
Minggu pukul 11.00 siang
3. Suasana
Haru
Sedih, penuh penyesalan

d. Latar/Setting

d. Latar/Setting
Latar atau setting adalah tempat waktu ataupun suasana terjadinya peristiwa yang dialami dalam cerpen tersebut. Setting dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Tempat
Kamar praktik dokter Subianto
Ruang tamu kos Depok
Mobil
Kamar study dokter Subianto
Bus
2. Waktu
Hari Sabtu
Sabtu malam pukul 12.00 malam
Minggu dini hari waktu subuh
Minggu pukul 11.00 siang
3. Suasana
Haru
Sedih, penuh penyesalan

c. Tokoh dan Penokohan

Penokohan adalah karakter atau watak yang dimiliki oleh seorang tokoh dalam suatu cerita. Tokoh dan penokohan merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Dalam cerpen "Moksa" ini pengarang tidak memaparkan secara langsung melainkan dengan pemikiran para tokoh dan gaya berbicaranya.
Tokoh dan perwatakan dalam cerpen "Moksa" adalah :
1. Dokter Subianto : Tegas,
2. Istri dokter Subianto : Berhati lembut, sayang kepada anak dan keluarga, perhatian, sabar, khawatir.
3. Moksa : Tampan, nakal, berhati baik, sayang kepada keluarga, tabah.
4. Pasien I : Pendiam, tidak banyak bertanya
5. Pasien II (memakai rompi): Penipu, ramah, berkulit hitam, berbadan kurus.

Plot/Alur

b. Plot / Alur
Plot atau Alur adalah rangkain peristiwa yang sambung menyambung berdasarkan logika sebab akibat.
Dalam cerpen "Moksa" ini menggunakan alur progresif atau alur maju yaitu alur cerita yang bergerak urut dr permulaan, klimaks, hingga akhir kejadian.

Unsur-unsur intrinsik a. Tema

a. Tema
Suatu karya sastra, baik berupa fiksi maupun nonfiksi mempunyai inti persoalan. Inti persoalan itulah yang disebut tema. Tema merupakan dasar yang melatar belakangi suatu cerita. Tema pada cerpen yang berjudul "Moksa" ini adalah narkoba. Seorang anak yaitu Moksa yang terjerumus dalam limbah narkoba karena kurangnya perha tian dari orang tuanya. Dokter Subianto sebagai orang tua Moksa merasa telah gagal dalam mendidik anak, karna terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang dokter.

Tentang penulis

Putu Wijaya memiliki nama asli I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Lahir di Puri Anom, Tabanan, Bali, 11 April 1944. Putu dikenal sebagai seorang budayawan sastra yang telah membuat ribuan karya yang tertdiri dari cerpen, novel, naskah drama, serta naskah film. Cerpen berjudul "Moksa" ini telah dimuat di surat kabar Jawa Pos. Karya cerpennya yang lain terkumpul dalam kumpulan cerpen BOM (1978), Es (1980), Gres (1982), Klop, Bor, Protes (1994), Darah (1995), Yel (1995), Blok (1994), Zig Zag (1996), dan Tidak (1999). Penghargaan-penghargaannya antara lain: pemenang penulis cerpen majalah Femina dan Kartini, hadiah buku terbaik Depdikbud (Yel), SEA Write Award 1980 di Bangkok, dll.

Tentang penulis

Putu Wijaya memiliki nama asli I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Lahir di Puri Anom, Tabanan, Bali, 11 April 1944. Putu dikenal sebagai seorang budayawan sastra yang telah membuat ribuan karya yang tertdiri dari cerpen, novel, naskah drama, serta naskah film. Cerpen berjudul "Moksa" ini telah dimuat di surat kabar Jawa Pos. Karya cerpennya yang lain terkumpul dalam kumpulan cerpen BOM (1978), Es (1980), Gres (1982), Klop, Bor, Protes (1994), Darah (1995), Yel (1995), Blok (1994), Zig Zag (1996), dan Tidak (1999). Penghargaan-penghargaannya antara lain: pemenang penulis cerpen majalah Femina dan Kartini, hadiah buku terbaik Depdikbud (Yel), SEA Write Award 1980 di Bangkok, dll.

M0ksa

Moksa,anak tunggal dokter Subianto yang indekos di Depok menelpon. Saat itu dokter Subianto sedang memeriksa pasien. Moksa tidak jadi untuk pulang, karna uang untuk membeli kado sudah beres. Sebelumnya Moksa telah menelpon ibunya, ia menjelaskan kenapa tidak jadi pulang untuk minta uang. Mendengar cerita, Moksa mendapatkan uang dari hasil ngamen di bus, dokter Subianto terharu. Ia tidak menyangka bahwa anak nakal seperti Moksa bisa mencari uang dari hasil keringatnya sendiri. Datang lagi seorang pasien hitam, kurus dan memakai rompi hitam, ia menderita tumor lemak. Pasien itu mengaku bertemu dengan Moksa di bus dan ngobrol banyak dengannya. Tiba-tiba saat ia hendak membayar ongkos bus, uang seratus ribunya hilang. Jadi ia tidak punya uang lagi untuk menebus obat dan membayar jasa dokter Subianto. Mendengarnya dokter Subianto merasa bahwa Moksa yang telah mengambil uang pasien itu. Ia memberi pasien itu uang seratus ribu. Malam itu juga, dokter Subianto menjemput Moksa di Depok. Di dalam mobil ia menceritakan pasien yg datang sore itu. Moksa ternyata tidak mengambilnya. Dokter Subianto merasa telah gagal mendidik anak. Ia menyesal menjadi seorang dokter yang selalu sibuk dan tidak ada waktu untuk memperhatikan anak tunggalnya. Paginya, Moksa bicara dengan dokter Subianto. Ia menangis sambil mencium tangan papanya. Ia menyadari bahwa papanya masih mempercayainya. Ia meminta satu kesempatan lagi untuk memperbaiki semua kesalahannya. Tiba-tiba ibunya datang, Moksa memeluknya dan berpamitan untuk kembali ke Depok. Sebelumnya, ibunya telah menemukan narkoba di kamar mandi Moksa. Dokter Subianto percaya bahwa Moksa dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, karena yang mampu menyelesaikanny hanya Moksa.

M0ksa

Moksa,anak tunggal dokter Subianto yang indekos di Depok menelpon. Saat itu dokter Subianto sedang memeriksa pasien. Moksa tidak jadi untuk pulang, karna uang untuk membeli kado sudah beres. Sebelumnya Moksa telah menelpon ibunya, ia menjelaskan kenapa tidak jadi pulang untuk minta uang. Mendengar cerita, Moksa mendapatkan uang dari hasil ngamen di bus, dokter Subianto terharu. Ia tidak menyangka bahwa anak nakal seperti Moksa bisa mencari uang dari hasil keringatnya sendiri. Datang lagi seorang pasien hitam, kurus dan memakai rompi hitam, ia menderita tumor lemak. Pasien itu mengaku bertemu dengan Moksa di bus dan ngobrol banyak dengannya. Tiba-tiba saat ia hendak membayar ongkos bus, uang seratus ribunya hilang. Jadi ia tidak punya uang lagi untuk menebus obat dan membayar jasa dokter Subianto. Mendengarnya dokter Subianto merasa bahwa Moksa yang telah mengambil uang pasien itu. Ia memberi pasien itu uang seratus ribu. Malam itu juga, dokter Subianto menjemput Moksa di Depok. Di dalam mobil ia menceritakan pasien yg datang sore itu. Moksa ternyata tidak mengambilnya. Dokter Subianto merasa telah gagal mendidik anak. Ia menyesal menjadi seorang dokter yang selalu sibuk dan tidak ada waktu untuk memperhatikan anak tunggalnya. Paginya, Moksa bicara dengan dokter Subianto. Ia menangis sambil mencium tangan papanya. Ia menyadari bahwa papanya masih mempercayainya. Ia meminta satu kesempatan lagi untuk memperbaiki semua kesalahannya. Tiba-tiba ibunya datang, Moksa memeluknya dan berpamitan untuk kembali ke Depok. Sebelumnya, ibunya telah menemukan narkoba di kamar mandi Moksa. Dokter Subianto percaya bahwa Moksa dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, karena yang mampu menyelesaikanny hanya Moksa.