Jumat, 27 Februari 2009

M0ksa

Moksa,anak tunggal dokter Subianto yang indekos di Depok menelpon. Saat itu dokter Subianto sedang memeriksa pasien. Moksa tidak jadi untuk pulang, karna uang untuk membeli kado sudah beres. Sebelumnya Moksa telah menelpon ibunya, ia menjelaskan kenapa tidak jadi pulang untuk minta uang. Mendengar cerita, Moksa mendapatkan uang dari hasil ngamen di bus, dokter Subianto terharu. Ia tidak menyangka bahwa anak nakal seperti Moksa bisa mencari uang dari hasil keringatnya sendiri. Datang lagi seorang pasien hitam, kurus dan memakai rompi hitam, ia menderita tumor lemak. Pasien itu mengaku bertemu dengan Moksa di bus dan ngobrol banyak dengannya. Tiba-tiba saat ia hendak membayar ongkos bus, uang seratus ribunya hilang. Jadi ia tidak punya uang lagi untuk menebus obat dan membayar jasa dokter Subianto. Mendengarnya dokter Subianto merasa bahwa Moksa yang telah mengambil uang pasien itu. Ia memberi pasien itu uang seratus ribu. Malam itu juga, dokter Subianto menjemput Moksa di Depok. Di dalam mobil ia menceritakan pasien yg datang sore itu. Moksa ternyata tidak mengambilnya. Dokter Subianto merasa telah gagal mendidik anak. Ia menyesal menjadi seorang dokter yang selalu sibuk dan tidak ada waktu untuk memperhatikan anak tunggalnya. Paginya, Moksa bicara dengan dokter Subianto. Ia menangis sambil mencium tangan papanya. Ia menyadari bahwa papanya masih mempercayainya. Ia meminta satu kesempatan lagi untuk memperbaiki semua kesalahannya. Tiba-tiba ibunya datang, Moksa memeluknya dan berpamitan untuk kembali ke Depok. Sebelumnya, ibunya telah menemukan narkoba di kamar mandi Moksa. Dokter Subianto percaya bahwa Moksa dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, karena yang mampu menyelesaikanny hanya Moksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar